27. Organisasi Perusahaan
1.
A. LATAR BELAKANG
Tujuan dari peneletian
ini yaitu unuk mengetahui lebih jauh tentang cara organisasi perusahaan dalam
mengatasi konflik dan cara membangun organisasi perusahaan yang baik.
Organisasi perusahaan
harus mampu mengelolah manajemennya untuk memenangkan persaingan pada era yang
serba kompetitif supaya dapat bertahan untuk tumbuh dan berkembang sesuai
dengan tujuan perusahaan.
Setiap perusahaan, baik
yang bergerak dibidang produksi, jasa maupun industri, pada umumnya memiliki
tujuan untuk memperoleh keuntungan. Supaya dapat mencapai tujuan itu,
perusahaan memerlukan sistem manajemen efektif yang akan menunjang jalannya
operasi perusahaan secara terus-menerus dan tingkat efektivitas kerja karyawan
juga perlu diperhatikan.
Perusahaan memiliki
beberapa bagian pada umumnya, yakni bagian pemasaran, bagian keuangan, bagian
produksi, bagian sumber daya manusia, dan bagian administrasi. Masing-masing
bagian tersebut melaksanakan kegiatan yang berbeda tetapi saling berhubungan
satu sama lain. Tingkat kegiatan yang dilaksanakan perusahaan akan mengalami
perubahan dari suatu periode ke periode berikutnya. Adanya perubahan tersebut
mengharuskan manajemen mengadakan koordinasi dalam suatu perusahaan dan
menciptakan wadah yang merupakan alat komunikasi antar bagian yaitu struktur organisasi.
Pada struktur
organisasi terdapat garis hubungan antar manajer dan karyawan yang memiliki
garis hubungan antar tugas, wewenang, dan tanggung jawab. Koordinasi diperlukan
untuk memperoleh kesatuan tindak dalam mencapai tujuan perusahaan. Tanpa adanya
koordinasi, orang-orang atau fungsi yang ada akan lebih mengejar kepentingannya
sendiri sehingga mengorbankan tujuan perusahaan. Koordinasi antar bagian sesuai
dengan kegiatan perusahaan akan menjadi salah satu faktor pendukung terhadap
kelancaran dan keberhasilan pelaksanaan kegiatan perusahaan untuk mencapai
tujuan yang ditetapkan.
Struktur organisasi
disadari sangat penting peranannya dalam meningkatkan efektivitas kerja dan
mempunyai sifat umum yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan dalam kepempinan
organisasi.
Empat sifat umum yang
mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan organisasi, yakni : (1)
Kecerdasan, artinya pemimpin harus memiliki kecerdasan lebih dari pengikutnya,
tetapi tidak terlalu banyak melebihi kecerdasan pengikutnya. (2) Kedewasaan dan
keluasan hubungan sosial, artinya seorang pemimpin harus memiliki emosi yang
stabil dan mempunyai keinginan untuk menghargai dan dihargai orang lain. (3)
Motivasi diri dan dorongan berprestasi, sehingga pemimpin akan selalu energik
dan menjadi teladan dalam memimpin pengikutnya. (4) Sikap-sikap hubungan
kemanusiaan, dalam arti bahwa pemimpin harus menghargai dan memperhatikan
keadaan pengikutnya, sehingga dapat menjaga kesatuan dan keutuhan pengikutnya.
Selain itu seorang manajer harus mampu mengelola konflik yang terjadi dalam
suatu organisasi dan dapat mencari win-win solution sehingga kerjasama tim bisa
berjalan dengan baik.
B. MASALAH
Seperti sudah
diketahui, sangatlah tidak mudah dalam memilih orang yang tepat untuk duduk
pada suatu posisi tertentu di organisasi dalam masa transisi semacam sekarang
ini, apalagi untuk menangani posisi yang sangat strategis bagi organisasi.
Dimana untuk melakukan hal tersebut diperlukan rekaman analisa informasi dari
data yang dimiliki orang tersebut sejak masuk organisasi, sampai dengan
merencanakan pendidikan serta kesempatan/tantangan apa yang perlu diberikan
kepada personil bila ia ingin diproyeksikan pada jabatan tertentu. Disamping
itu diperlukan juga sistem kesejahteraan yang optimal, sesuai dengan prestasi
yang dicapai, agar orang-orang yang berprestasi dapat tetap dipertahankan
kemampuan dan keberadaannya di suatu organisasi, dan juga meningkatkan
kemampuan personil dengan menentukan pendidikan apa yang dibutuhkannya.
Berdasarkan pertimbangan tersebut diatas, diperlukan suatu sistem kepegawaian
yang dapat memenuhi kebutuhan proses/analisa dan informasi tersebut diatas.
Oleh karena itu diperlukan langkah langkah atau strategi yang harus dibuat
untuk menunjang perencanaan sdm yang optimal yaitu: 1. Perencanaan sumber daya
manusia strategic 2. Model perencanaan SDM 3. Implementasi perencanaan SDM 4.
Peramalan SDM 5. Alat dan tehnik peramalan SDM 6. Nilai dari perencanaan SDM 7.
Analisa Jabatan 8. Pendesainan pekerjaan 9. Penstrukturan organisasional
10.Sistem informasi sumber daya manusia.
C.LANDASAN
TEORI
Organisasi adalah sekelompok orang yang memiliki satu
tujuan yang sama, saling menggerakkan dan memiliki sarana untuk mencapai tujuan
tersebut dengan adanya suatu koordinasi
Organisasi adalah adanya
orang yang usahanya harus dikoordinasikan, tersusun dari
sejumlah subsistem yang saling berhubungan dan
saling tergantung, bekerjasama atas dasar pembagian kerja, peran, wewenang,
tanggung jawab serta memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai.
Organisasi menurut Stoner adalah
: suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana orang-orang di bawah
pengarahan manajer mengejar tujuan bersama.
Organisasi menurut James D. Mooney adalah : bentuk setiap perserikatan
manusia untuk mencapai tujuan bersama.
Organisasi Menurut Chester I. Bernard adalah : suatu sistem aktivitas kerja
sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih.
Suatu organisasi harus memuat
4 unsur utama, yaitu:
1) goals oriented
(berorientasi tujuan)
2) Psychosocial system (sistem hubungan sosial)
3) structured activities
4) technological system.
Definisi Organisasi Perusahaan (Kast & Rosenzweig) :
1. Suatu subsistem dari lingkungannya yang lebih luas.
2. Terdiri dari orang-orang yang berorientasi pada tujuan.
3. Suatu subsistem teknik, yaitu orang-orang yang menggunakan pengetahuan,
teknik, peralatan & fasilitas.
4. Suatu subsistem struktural, yaitu orang-orang yang bekerja bersama dalam
berbagai kegiatan yang terpadu.
5. Suatu subsistem psikososial, yaitu orang-orang yang terlibat dalam hubungan
sosial
6. Suatu subsistem manajerial yang merencanakan & mengendalikan semua
usaha.
Organisasi dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu:
1. Dalam
arti statis, yaitu organisasi sebagai wadah tempat dimana kerjasama dijalankan.
2. Dalam
arti dinamis, yaitu organisasi sebagai suatu sistem proses interaksi antara
orang-orang yang
bekerjasama, baik
formal maupun informal.
Organisasi Perusahaan adalah: Adanya orang-orang yang usahanya harus
dikoordinasikan; tersusun dari jumlah subsistem yang saling berhubungan dan
saling tergantung; bekerja bersama atas dasar pembagian kerja, peran dan
wewenang; serta memiliki tujuan tertentu yang hendak dicapai.
Pengertian Konflik Organisasi
Menurut Baden Eunson
(Conflict Management, 2007,diadaptasi), terdapat beragam jenis konflik:
a) Konflik
vertikal, yang
terjadi antara tingkat hirarki,seperti antara manajemen puncak dan manajemen
menengah, manajemen menengah dan penyelia, dan penyelia dan subordinasi. Bentuk
konflik bisa berupa bagaimana mengalokasi sumberdaya secara optimum,
mendeskripsikan tujuan, pencapaian kinerja organisasi, manajemen kompensasi dan
karir.
b) Konflik
Horisontal, yang
terjadi di antara orang-orang yang bekerja pada tingkat hirarki yang sama di
dalam perusahaan. Contoh bentuk konflik ini adalah tentang perumusan tujuan
yang tidak cocok, tentang alokasi dan efisiensi penggunaan sumberdaya, dan
pemasaran.
c) Konflik
di antara staf lini, yang
terjadi di antara orang-orang yang memiliki tugas berbeda. Misalnya antara
divisi pembelian bahan baku dan divisi keuangan. Divisi pembelian mengganggap
akan efektif apabila bahan baku dibeli dalam jumlah besar dibanding
sedikit-sedikit tetapi makan waktu berulang-ulang. Sementara divisi keuangan
menghendaki jumlah yang lebih kecil karena terbatasnya anggaran. Misal lainnya
antara divisi produksi dan divisi pemasaran. Divisi pemasaran membutuhkan
produk yang beragam sesuai permintaan pasar. Sementara divisi produksi hanya
mampu memproduksi jumlah produksi secara terbatas karena langkanya sumberdaya
manusia yang akhli dan teknologi yang tepat.
d) Konflik
peran berupa
kesalahpahaman tentang apa yang seharusnya dikerjakan oleh seseorang. Konflik
bisa terjadi antarkaryawan karena tidak lengkapnya uraian pekerjaan, pihak
karyawan memiliki lebih dari seorang manajer, dan sistem koordinasi yang tidak
jelas.
D.PEMBAHASAN
MASALAH
Proses perencanaan
sering tidak berjalan dengan lancar, karena kebijakan perencanaan tidak dibuat
secara detil, sehingga terjadi gap antara corporate policies dan personnel
policies serta aplikasinya dalam praktik. Perencanaan SDM banyak ditujukan pada
manajemen suksesi dan pengembangan dibandingkan dengan aktivitas personalia
lain. Dalam perencanaan SDM dalam pengembangan dan implementasinya dari
strategi SDM dapat dikelompokkan ke dalam empat permasalahan (Rothwell, 1995).
Pertama, perencanaan menjadi suatu problema yang dirasa tidak bermanfaat karena
adanya perubahan pada lingkungan eksternal organisasi, meskipun nampak adanya
peningkatan kebutuhan bagi perencanaan. Kedua, realitas organisasi dan
bergesernya kaleidoskop prioritas kebijakan dan strategi yang ditentukan oleh
keterlibatan interest group yang memiliki power. Ketiga, kelompok faktor-faktor
yang berkaitan dengan sifat manajemen dan ketrampilan serta kemampuan manajer
yang memiliki preferensi bagi adaptasi pragmatik di luar konseptualisasi, dan
rasa ketidakpercayaan terhadap teori atau perencanaan, yang dapat disebabkan
oleh kurangnya data, kurangnya pengertian manajemen lini, dan kurangnya rencana
korporasi. Keempat, pendekatan akademik yang dilakukan dalam pengujian
kesuksesan perencanaan SDM sangat idealistik dan preskriptif, di sisi lain
tidak memenuhi realita organisasi dan cara manajer mengatasi masalah-masalah
spesifik. Untuk meminimalisasi gap tersebut diatas maka menurut Jackson &
Schuler (1990) perencanaan SDM yang tepat membutuhkan langkah-langkah tertentu
berkaitan dengan aktivitas perencana SDM menuju organisasi modern.
Langkah-langkah tersebut meliputi: • pengumpulan dan analisis data untuk
meramalkan permintaan maupun persediaan SDM yang diekspektasikan bagi
perencanaan bisnis masa depan • mengembangkan tujuan perencanaan SDM •
merancang dan meng¬implementasikan program-program yang dapat memudahkan
organisasi untuk pencapaian tujuan perencanaan SDM • mengawasi dan mengevaluasi
program-program yang berjalan. Keempat tahap tersebut dapat diimplementasikan
pada pencapaian tujuan jangka pendek (kurang dari satu tahun), menengah (dua
sampai tiga tahun), maupun jangka panjang (lebih dari tiga tahun). Rothwell
(1995) menawarkan suatu teknik perencanaan SDM yang meliputi tahap •
investigasi baik pada lingkungan eksternal, internal, organisasional •
forecasting atau permasalahan atas ketersediaan supply dan demand SDM saat ini
dan masa depan • perencanaan bagi rekrutmen, pelatihan, promosi, dan lain-lain
• utilisasi, yang ditujukan bagi manpower dan kemudian memberikan feedback bagi
proses awal. Sementara itu, pendekatan yang digunakan dalam merencanakan SDM
adalah dengan action-driven, yang memudahkan organisasi untuk memfokuskan
bagian tertentu dengan lebih akurat atau skills-need, daripada melakukan
penghitungan numerik dengan angka yang besar untuk seluruh bagian organisasi.
Perencanaan SDM umumnya dipandang sebagai ciri penting dari tipe ideal model
SDM meski pada praktiknya tidak selalu harus dijadikan prioritas utama.
Perencanaan SDM merupakan kondisi penting dari “integrasi bisnis” dan
“strategik,” implikasinya menjadi tidak sama dengan “manpower planning” meski
tekniknya mencakup hal yang sama. Manpower planning menggambarkan pendekatan
tradisional dalam upaya forecasting apakah ada ketidaksesuaian antara supply
dan demand tenaga kerja, serta merencanakan penyesuaian kebijakan yang paling
tepat. Integrasi antara aspek-aspek perencanaan SDM terhadap pengembangan bisnis
sebaiknya memastikan bahwa kebutuhan perencanaan SDM harus dilihat sebagai
suatu tanggungjawab lini.
Didalam hubungan
komunikasi di suatu lingkungan kerja atau perusahaan konflik antar individu
akan sering terjadi. Konflik yang sering terjadi
biasanya adalah karena masalah kominikasi yang kurang baik. Sehingga cara
mengatasi konflik dalam perusahaan harus benar-benar dipahami management inti
dari perusahaan, untuk meminimalisir dampak yang timbul.
Permasalahan atau
konflik yang terjadi antara karyawan atau karyawan dengan atasan yang terjadi
karena masalah komunikasi harus di antisipasi dengan baik dan dengan system
yang terstruktur. Karena jika masalah komunikasi antara atasan dan bawahan
terjadi bisa-bisa terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dan akan terjadi
konflik. Konflik dapat berkembang karena berbagai sebab, antara lain sebagai
berikut:
1. Batasan
pekerjaan yang tidak jelas
2. Hambatan
komunikasi
3. Tekanan
waktu
4. Standar,
peraturan dan kebijakan yang tidak masuk akal
5. Pertikaian
antar pribadi
6. Perbedaan
status
7. Harapan
yang tidak terwujud
Sehingga untuk
mensiasati masalah ini biasanya dilakukan dengan berbagai cara.
1. Membentuk suatu system informasi yang
terstruktur, agar tidak terjadi kesalahan dalam komunikasi. Misalnya, dengan
membuat papan pengumungan atau pengumuman melalui loudspeaker.
2. Buat
komunikasi dua arah antara atasan dan bawahan menjadi lancer dan harmonis,
misalnya dengan membuat rapat rutin, karena dengan komunikasi yang dua arah dan
intens akan mengurangi masalah di lapangan.
3. Beri pelatihan dalam hal komunikasi
kepada atasan dan karyawan, pelatihan akan memberikan pengetahuan dan ilmu baru
bagi setiap individu dalam organisasi dan meminimalkan masalah dalam hal
komunikasi.
Biasanya masalah timbul
karena lingkungan yang kurang kondusif di suatu perusahaan. Misalnya, kondisi
cahaya yang kurang, atau sirkulasi yang kurang baik, dan temperature ruangan
yang tinggi sangat mungkin untuk meningkatkan emosi seseorang, jadi kondisi
dari lingkungan juga harus di perhatikan.
Konflik dalam
perusahaan juga sering terjadi antar karyawan, hal ini biasanya terjadi karena
masalah diluar perusahaan, misalnya tersinggung karena ejekan, masalah ide yang
dicuri, dan senioritas. Perusahaan yang baik harus bisa menghilangkan masalah
senioritas dalam perusahaan. Hal ini dapat meminimalisir masalah yang akan
timbul, kerena dengan suasanya yang harmonis dan akrab maka masalah akan sulit
untuk muncul.
Dan ada strategi untuk
menyiasati konflik, yaitu:
a)
Menghidari
b)
Mengakomodasi
c)
Kompetisi
d)
Kompromi atau negosiasi
e)
Memecahkan masalah besama-sama
Setiap orang yang
mendirikan atau mengelola suatu badan usaha pasti ingin perusahaannya yang
dijalankan nya tersebut bisa berjalan lancar sesuai dengan program yang telah
direncanakan sebelumnya. Karena itulah perlu dibuat suatu sistem
pengelolan organisasi yang baik dan benar.
Selain itu dengan
pengelolaan sistem organisasi yang baik juga bisa meningkatkan tingkat
produktifitas kerja bagi semua elemen atau unsur yang terlibat dalam perusahaan
tersebut. Jadi, bukan hanya pada bagian produksi saja. Karena semua bagian juga
punya faktor atas kemajuan dari usaha yang sedang dijalankan atau dikembangkan.
Untuk mengelola dan
menjalankan suatu organisasi perusahaan yang baik, ada berbagai cara yaitu:
1. 1.
Buatlah susuanan dan sistem organisasi yang sedemikian rupa
sehingga dari masing-masing elemen yang ada bisa saling melakukan
hubungan kerja yang lebih mudah dan efisien. Jadi sistem operasioanal dari
perusahaan yang dijalankan juga lebih mudah dipantau arahnya agar sesuai dengan
target dan program yang juga telah direncanakan.
2. 2.
Sistem organanisasi perusahaan yang baik juga perlu mengedepankan
sistem pengalihaan dan pendelegasian tugas yang lebih merata. Jangan sampai
terjadi ada satu pihak yang harus menjalankan banyak pekerjaan dan tugas, namun
ada bagian lain yang justru kekurangan pekerjaan dan lebih banyak menganggur.
Tentu hal ini bisa menimbulkan kecemburuan antar karyawan.
Selain itu dengan
sistem pendelegasian yang baik juga proses operasional perusahaan bisa tetap
berjalan dengan normal bila ada halangan. Misalnya sakit atau tugas lain yang
mengharuskan dia ke luar daerah atau kota.
1. 3.
Hubungan antar bagian dalam organisasi juga harus diatur agar
setiap karyawan di bagian yang satu lebih mudah melakukan komunikasi kerja
dengan bagian yang lain. Jangan sampai terjadi ketika ada sesuatu yang kurang
maka menyebabkan proses produksi jadi terganggu.
Inilah tujuan dari
membangun sistem komunikasi kerja dalam suatu perusahaan. Karena bila ada suatu
permasalahan bisa segera diatasi dengan cepat karena sumber
kesalahan atau kekurangannya juga bisa langsung diketahui.
1. 4.
Selain membangun sistem komunikasi yang baik, oraganisasi
perusahaan juga harus mampu menciptakan suasana kerja yang nyaman dan tentram
dan akrab. Sehingga setiap karyawan bisa saling mengenal dan memunculkan
suasana kekeluargaan yang tinggi. Hal ini akan membawa dampak pada
produktifitas kerja yang baik. Karena mereka akan merasa menemukan tempat kerja
dengan lingkungan yang membuat mereka nyaman.
2. 5.
Ketika membuat suatu keputusan usahakan semua elemen
organisasi juga bisa terlibat untuk ikut memikirkan tentang bagaimana cara
memajukan perusahaan. Jadi organisas juga perlu menerapkan suatu sistem
Adapun yang menyebabkan
organisasi dapat berkembang yaitu banyak melakukan kerjasama dengan banyak
organisasi sejenis atau pelengkap, membuat perusahaan perusahaan yang baru yang
bernaung dibawah tanggung jawab perusahaan (membuat anak perusahaan) dan yang
terakhir adalah usaha yang sering disebut go publik. go publik adalah suatu
cara mengembangkan organisasi dengan cara memberikan kesempatan bagi masyarakat
luas untuk berinvenstasi halayaknya bank-bank yang ada dalam negeri ini, bank-
bank tersebut merupakan perusahaan yang sudah go publik dan masyarakat luas
dapat berinvestasi saham dalam perusahaan perbankkan tersebut. di tambah lagi
perbankan juga sudah menerapkan anak perusahaan yang tujuannya adalah untuk
memperluas pengetahuan masyarakat akan organisasi perbankkan yang dilakukan
oleh pihak organisasi perbankkan. jadi kesimpulannya Organisasi go publik adalah
organisasi yang bisa di bilang berhasil dalam memajukan suatu Organisasi,
karena tinggat keefektifan dan eksistensi suatu Organisasi akan naik.untuk
mencapai tahapan ini tentu saja ada rencana untuk melakukannya. biasanya
Organisasi akan membuat perncanaan untuk organisasinya seperti :
·
Memperbaiki struktur dalam Organisasi
·
Meningkatkan Kapasitas Produksi Organisasi
·
Memperluas jaringan Organisasi
·
Memperluas hubungan kerjasama Organisasi
·
Memperluas hubungan bisnis dengan mitra kerja Organisasi
·
Memperbaiki sistem Permodalan, sistem Informasi dan dokumen
Organisasi
E.PENUTUPAN
Proses perencanaan
sering tidak berjalan dengan lancar, karena kebijakan perencanaan tidak dibuat
secara detil, sehingga terjadi gap antara corporate policies dan personnel
policies serta aplikasinya dalam praktik. Perencanaan SDM banyak ditujukan pada
manajemen suksesi dan pengembangan dibandingkan dengan aktivitas personalia
lain. Perencanaan SDM umumnya dipandang sebagai ciri penting dari tipe ideal
model SDM meski pada praktiknya tidak selalu harus dijadikan prioritas utama.
Integrasi antara aspek-aspek perencanaan SDM terhadap pengembangan bisnis
sebaiknya memastikan bahwa kebutuhan perencanaan SDM harus dilihat sebagai
suatu tanggungjawab lini.
Setiap orang yang
mendirikan atau mengelola suatu badan usaha pasti ingin perusahaannya yang
dijalankan nya tersebut bisa berjalan lancar sesuai dengan program yang telah
direncanakan sebelumnya. Karena itulah perlu dibuat suatu sistem
pengelolan organisasi yang baik dan benar.
Selain itu dengan
pengelolaan sistem organisasi yang baik juga bisa meningkatkan tingkat
produktifitas kerja bagi semua elemen atau unsur yang terlibat dalam perusahaan
tersebut. Jadi, bukan hanya pada bagian produksi saja. Karena semua bagian juga
punya faktor atas kemajuan dari usaha yang sedang dijalankan atau dikembangkan.
Jadi ketika kita berada
dalam suatu organisasi atau perusahaan dan ingin organisasi atau
perusahaan kita
maju dan berkembang kita bisa saja mengikuti perusahaan perusahaan yang sudah
lebih dahulu berkembang dengan cara memperbanyak kerjasama demi tujuan bersama
, memperluas wilayah organisasi dengan membuat anak-anak perusahaan dari
perusahaan yang kita buat dan berusaha menjadi organisasi perusahaan yang go
publik yang dapat menerima masyarakat luas.
Jika ingin membuat
organisasi dalam perusahaan yang baik dan tidak ada konflik saya menyarankan
untuk mengikutin sesuai yang sudah bahas diatas.
Dalam sebuah organisasi
perusahaan konflik yang terjadi antara level-level menejemen atau antara
menejemen dan karyawan-karyawan perusahaan pasti terjadi dan tidak bisa
dihindari. Hal yang dapat dilakukan adalah menekan kemungkinan terjadinya
konflik seminimal mungkin dan apabila konflik timbul diatasi secepat mungkin.