07. PERILAKU ORGANISASI (
TEORI ORGANISASI )
Tema utama pada tengah abad terakhir dalam
teori organisasi adalah interaksi antara struktur organisasi dan manusia, masih
menjadi perdebatan apakah struktur organisasi sebagai penentu perilaku manusia
dalam organisasi.
Charles Perrow mengutarakan bahwa banyak
keluhan yang ada mengenai manusia yang bekerja dalam bidang sumber daya manusia
diantaranya yakni rendahnya kualitas, rendahnya pendidikan serta sudut pandang
yang sempit tentang manusia. Mereka cenderung bersikap menghukum yang didasarkan
atas keyakinan bahwa perintah & disiplin dapat menyelesaikan masalah. Studi
Perrow tentang perilaku para pelamar untuk posisi rehabilitasi anak, mereka
semula bersikap permisif. Setelah mereka bekerja beberapa lama mereka bersikap
suka menghukum serta berpandangan sempit tentang masalah yang mereka tangani.
Teori lain mengatakan bahwa manusia dalam
organisasi cenderung membentuk struktur organisasi yang ada; misalnya dalam
membuat keputusan, memimpin, mengatasi konflik yang ada dalam struktur, nilai
dan budaya organisasi Lebih jauh perhatian tentang peran manusia dalam
organisasi diarahkan pada kemungkinan memperbaiki organisasi. Hal ini dilakukan
tidak dengan cara mengubah struktur yang ada tapi melatih manusia melalui
training agar proses dalam kelompok lebih efektif (Owens, 1987)
Dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut
mengenai teori sistem dan perilaku organisasi yang meliputi beberapa pokok
bahasan yakni; tinjauan umum teori sistem, teori sistem sosial; teori peran,
konsep peranan dan hubungannya dengan teori sistem sosial serta teori
kontingensi.
Tinjauan Umum Teori Sistem
Upaya mendeskripsikan, menjelaskan dan memprediksi perilaku organisasi umumnya berasal dari teori sistem. Seorang biolog Ludwig von Bertalanffy menyatakan bahwa teori sistem dapat dianalogikan dengan sistem yang ada pada organisme. Organisme sel itu terdiri atas sel-sel, dan sel-sel membentuk suatu molekul. Tiap bagian yang ada membentuk sistem yang terintegrasi dan terdiri dari struktur yang saling bergantungan dan bekerja secara harmonis. Tiap molekul tahu tugas masing-masing dan harus dapat bekerjasama serta memenuhi aturan yang ada.
Hukum keteraturan merupakan konsep yang bersifat menyeluruh. Ide tentang keteraturan merupakan ide dasar dalam memahami dan menganalisis situasi yang kompleks.
Upaya mendeskripsikan, menjelaskan dan memprediksi perilaku organisasi umumnya berasal dari teori sistem. Seorang biolog Ludwig von Bertalanffy menyatakan bahwa teori sistem dapat dianalogikan dengan sistem yang ada pada organisme. Organisme sel itu terdiri atas sel-sel, dan sel-sel membentuk suatu molekul. Tiap bagian yang ada membentuk sistem yang terintegrasi dan terdiri dari struktur yang saling bergantungan dan bekerja secara harmonis. Tiap molekul tahu tugas masing-masing dan harus dapat bekerjasama serta memenuhi aturan yang ada.
Hukum keteraturan merupakan konsep yang bersifat menyeluruh. Ide tentang keteraturan merupakan ide dasar dalam memahami dan menganalisis situasi yang kompleks.
Teori sistem memiliki dua konsep dasar yaitu
pertama, konsep subsistem yang melihat hubungan antar bagian sebagai hubungan
sebab akibat. Konsep kedua memandang sebab jamak (multiple causation) sebagai
hubungan yang saling berkaitan yakni tiap bagian merupakan kompleks (kumpulan)
yang tiap faktornya saling berkaitan. (Owens; 1987)
Teori Sistem Sosial; Teori Peran, Konsep
Peranan dan hubungannya dengan Teori Sistem Sosial
Ada dua pola sistem yakni open system (sistem terbuka) dan closed system (sistem tertutup) dalam konteks hubungan organisasi dengan lingkungan eksternal. Suatu sistem adalah “terbuka”, jika mempunyai transaksi dengan lingkungan mana ia berada. Transaksi antara suatu organisasi dengan lingkungannya mencakup “input” dan “output”. Input biasanya dalam bentuk informasi, energi, uang, pegawai, material dan perlengkapan yang diterima organisasi dari lingkungannya. Output organisasi pada lingkungannya dapat berbentuk macam-macam tergantung pada sifat organisasi (Wexley & Yukl; 1995).
Ada dua pola sistem yakni open system (sistem terbuka) dan closed system (sistem tertutup) dalam konteks hubungan organisasi dengan lingkungan eksternal. Suatu sistem adalah “terbuka”, jika mempunyai transaksi dengan lingkungan mana ia berada. Transaksi antara suatu organisasi dengan lingkungannya mencakup “input” dan “output”. Input biasanya dalam bentuk informasi, energi, uang, pegawai, material dan perlengkapan yang diterima organisasi dari lingkungannya. Output organisasi pada lingkungannya dapat berbentuk macam-macam tergantung pada sifat organisasi (Wexley & Yukl; 1995).
Hubungan pada tiap aspek input dan output yang
ada di sekolah dengan lingkungan yang lebih luas merupakan suatu interaksi yang
membentuk siklus yang tiada akhir.
Konsep input-output sering disebut sebagai
model linear, yaitu teori yang menjelaskan bagaimana sistem dapat dijelaskan
dalam konteks dunia nyata. Suatu teori yang beranjak dari konsep umum ke khusus
yang tampak logis, rasional dan teratur berupaya untuk mencari jawaban terhadap
upaya menghubungkan nilai input dan nilai output sehingga menghasilkan efisiensi
biaya. Dalam konteks sekolah, siswa dan guru berupaya mencapai tujuan formal
sekolah dengan keyakinan, tujuan dan harapan. Mereka akan mematuhi hukum,
aturan dan disiplin agar dapat mempertahankan diri daripada memikirkan komitmen
yang tidak jelas. Pendekatan lain dalam memahami organisasi sekolah dan
perilaku anggotanya adalah dengan berfokus pada apa yang sebenarnya terjadi.
Hal ini berpusat pada proses yang terjadi di dalam yaitu sistem organisasi yang
dipandang sebagai sistem total dari konteks yang menggambarkan seluruh pola
yang ada.
Organisasi sebagai sistem yang menciptakan dan
menjaga lingkungan didalamnya memuat interaksi manusia yang kompleks (baik
antar individu maupun dalam kelompok). Organisasi sekolah, misalnya, harus
dipandang sebagai hubungan antara perilaku manusia dan konteksnya. Dengan
demikian, perilaku organisasi difokuskan pada sekolah sebagai suatu sistem.
Andrew Halpin dan Don Croft meneliti tentang
iklim sekolah yang berfokus pada karakteristik internal organisasi sekolah yang
seakan terpisah dari pengaruh lingkungan. Hal ini akan memudahkan peneliti
karena memisahkan unsur lingkungan sekolah dengan konteks yang lebih luas.
Organisasi dengan sistem terbuka dapat
digambarkan seperti fenomena nyala api lilin, sinar yang dipancarkannya akan
memengaruhi kondisi lingkungan di sekelilingnya. Daniel Griffiths mengatakan
bahwa organisasi (sistem) berada dalam lingkungan (suprasistem) yang didalamnya
memuat pula sub sistem (perangkat administrasi dalam organisasi). Batasan antar
sub sistem dibuat dengan garis putus-putus yang berarti antar bagian dapat
saling menembus (permeable). Antara subsistem yang terlibat dapat saling
mempengaruhi lewat hubungan yang interaktif dan adaptif antar komponen. Masalah
yang terjadi pada satu bagian dapat menjadi ancaman terhadap fungsi
keseluruhan. (Owens; 1987)
Adapun karakteristik dari sistem tertutup
adalah adanya kecenderungan yang kuat untuk bergerak mencapai suatu
keseimbangan dan entropi yang statis. Sifat ini menunjukkan adanya kebekuan
atau tepatnya keseimbangan yang beku. Istilah entropi aslinya dipergunakan
dalam ilmu-ilmu fisika. Ia mempunyai pengertian dipergunakan pada setiap sistem
yang tertutup dengan tidak adanya potensi berikutnya untuk membangkitkan daya
kerja atau usaha transformasi (Miftah Thoha; 2008).
Teori Peran
Erving Goffman menganalogikan situasi kehidupan sehari-hari dengan peran di panggung ketika menganalisis perilaku interpersonal manusia dalam organisasi. Tiap organisasi harus mengartikan peran individu yang terlibat yang dipengaruhi oleh interaksi dinamis dengan orang lain. Seperti aktor dan penonton, peran yang dijalani oleh pimpinan, misalnya dibentuk oleh harapan atasannya dan juga oleh kehadiran orang lain. Kehadiran orang lain (direktur dan orang lain) bertujuan untuk mengontrol situasi dan organisasi agar orang-orang yang terlibat berperilaku seragam (conform).
Adapun beberapa istilah mengenai peran ini sebagai berikut;
Erving Goffman menganalogikan situasi kehidupan sehari-hari dengan peran di panggung ketika menganalisis perilaku interpersonal manusia dalam organisasi. Tiap organisasi harus mengartikan peran individu yang terlibat yang dipengaruhi oleh interaksi dinamis dengan orang lain. Seperti aktor dan penonton, peran yang dijalani oleh pimpinan, misalnya dibentuk oleh harapan atasannya dan juga oleh kehadiran orang lain. Kehadiran orang lain (direktur dan orang lain) bertujuan untuk mengontrol situasi dan organisasi agar orang-orang yang terlibat berperilaku seragam (conform).
Adapun beberapa istilah mengenai peran ini sebagai berikut;
1. Peran adalah konsep psikologis tentang perilaku yang
timbul dalam interaksi dengan manusia lain. Tiap posisi membawa harapan
tertentu bagi pelaku dan organisasi lain.
2. Deskripsi peran, yaitu perilaku aktual yang ditunjukkan.
Lebih tepat lagi berkaitan dengan lagi persepsi seseorang tentang perilaku yang
harus dijalankan.
3. Peran preskriptif merupakan ide abstrak tentang norma umum
yang terdapat dalam budaya tentang peran yang diharapkan.
4. Harapan peran, yaitu harapan orang lain terhadap peran yang
harus dijalankan orang lain, misalnya guru terhadap kepala sekolah, kepala sekolah
terhadap guru. Jika mereka berinteraksi artinya mereka memiliki harapan peran
yang saling melengkapi (bersifat komplementer).
5. Persepsi peran, merupakan persepsi yang dimiliki seseorang
terhadap peran yang seharusnya dilakukan orang lain.
6. Peran manifes (nyata) dan peran laten, hal ini berasal dari
kenyataan bahwa seseorang mempunyai lebih dari satu peran. Peran manifes
merupakan peran yang ditunjukkan, lainnya akan menjadi peran laten.
7. Konflik peran. Hal ini dapat terjadi dan merupakan sumber
dari kinerja yang tidak baik. Contoh nyata dari konflik peran yaitu dua orang
tidak mampu untuk membangun hubungan yang memuaskan secara timbal balik. Hal
ini bisa berasal dari banyak sebab, yang menimbulkan kebingungan antara harapan
peran dan persepsi peran. Konflik peran juga dapat terjadi pada individu yang
sama: harapan peran berkonflik dengan kebutuhan pribadi misalnya konflik peran
pada kepala sekolah .
8. Ambiguitas peran. Hal ini dapat terjadi ketika preskripsi
peran mengandung elemen yang kontradiktif atau kabur.
Sebagai contoh hal ini dapat dilihat pada
perbedaan kerja antara bidang administrasi dan supervisi. Supervisor sering
merasa memiliki otoritas hirarki di atas guru. Mereka terkadang harus melawan
perannya saat harus melatih dan menghilangkan otoritasnya terhadap guru.
Konflik peran dapat menimbulkan tekanan dan ketidakpastian, yaitu suatu
ketidakkonsistenan dalam perilaku. Hal ini berdampak pada perilaku yang tidak
bisa diprediksi dan tidak bisa diantisipasi terutama bila terjadi tekanan atau
konflik interpersonal. Orang yang berada pada situasi ini akan menjadi tidak
mampu menghadapi situasi tersebut. Menghadapi situasi yang demikian kadang
dilakukan dengan penghindaran, misalnya menghindari diskusi dengan
obrolan-obrolan biasa yang tidak penting.
Seting Peran (Role Set)
Dalam kelompok, posisi bawahan tidak dapat dihilangkan, namun posisi tersebut dapat digantikan oleh orang lain. Dalam seting peran terdapat pelaku dan pengamat. Seting peran tidak akan lengkap sampai orang ketiga ditambahkan, yaitu orang yang mendukung peran utama. Sebagai contoh, seting peran dapat ditambahkan misalnya komposisi yang terdiri atas 12 orang (2 atasan, 4 bawahan dan 6 kolega). Kolega berperan sebagai pengirim peran (mengkomunikasikan harapan peran). Hal ini dapat menjadi sumber konflik karena adanya ambiguitas peran.
Dalam kelompok, posisi bawahan tidak dapat dihilangkan, namun posisi tersebut dapat digantikan oleh orang lain. Dalam seting peran terdapat pelaku dan pengamat. Seting peran tidak akan lengkap sampai orang ketiga ditambahkan, yaitu orang yang mendukung peran utama. Sebagai contoh, seting peran dapat ditambahkan misalnya komposisi yang terdiri atas 12 orang (2 atasan, 4 bawahan dan 6 kolega). Kolega berperan sebagai pengirim peran (mengkomunikasikan harapan peran). Hal ini dapat menjadi sumber konflik karena adanya ambiguitas peran.
Robert Kahn meneliti konsep operasional teori
peran untuk menjelaskan dan mengatur konflik dan ambiguitas peran dan
mengorelasikannya dengan sikap anggota organisasi terhadap situasi kerja. Sikap
sebagai fungsi perilaku memegang peranan terhadap seting peran. Dengan demikian
role set merupakan konsep penting dalam memahami seting sosial tempat individu
memberikan kontribusinya. Konstruk ini dapat berguna dalam menganalisis
perilaku interpersonal dalam suatu kerja organisasi, misalnya pimpinan akan
konsern pada memfasilitasi penerimaan, pengembangan dan alokasi peran yang
diperlukan agar kelompok dapat berfungsi dengan baik.
Jarak antara konsep peran pada individu dapat
timbul dari peranan yang dijalankan dengan derajat kebebasan dalam
menjalankannya.
Keseimbangan
Dalam organisasi orang ingin memuaskan kebutuhannya. Orang mempunyai kebutuhan yang harus dipenuhi oleh organisasi dengan perannya. Hal ini digambarkan oleh Gelzel dan Guba dalam pendekatannya mengenai model sistem sosial.
Dalam organisasi orang ingin memuaskan kebutuhannya. Orang mempunyai kebutuhan yang harus dipenuhi oleh organisasi dengan perannya. Hal ini digambarkan oleh Gelzel dan Guba dalam pendekatannya mengenai model sistem sosial.
Keseimbangan antara manusia dengan organisasi
perlu dijaga dalam stau bentuk status quo. Untuk menjaga hal tersebut
diperlukan adannya ekualibrium (keseimbangan) antara kebutuhan manusia sejauh
itu seimbang dengan organisasi. Hubungannya akan memuaskan dan berlanjut pada
level yang produktif.
Chester Barnand mendefinisikan ekuilibrium
sebagai keseimbangan yang dicapai dengan kepuasan. Hasil dari keseimbangan ini
akan menghasilkan keberlanjutan antara individu dan organisasi dalam hubungan yang
saling menguntungkan.
Istilah efektivitas adalah terpenuhinya tujuan
yang ditetapkan dengan kerja yang mendukung ketercapaiannya. Efisiensi mengacu
pada kemampuan organisasi untuk menjaga keberlanjutan partisipasi individu
dengan memberikan kepuasan yang memadai. Barnard mengatakan bahwa organisasi
melakukan kerjasama dengan mendistribusikan hasil produktif ke individu. Hasil
produktif ini bisa materi dan kepuasan sosial. Keduanya dapat diterima secara
umum karena dapat memenuhi kebutuhan individu tetapi dalam proporsi yang
berbeda.
Kepuasan yang dicapai bervariasi, bergantung
pada pengukuran serta tindakan serta lingkungan dimana individu terlibat. Orang
akan merasa puas bila mendapat materi atau uang walau kadang mereka merasa
tidak aman dan tidak nyaman.
Dengan demikian perilaku organisasi tidak hanya
pada level kinerja yang formal yang dapat diterima tetapi juga pada komunitas
dan pada perilaku. Perilaku ini akan meluas sampai pada pakaian yang digunakan,
cara berbicara dan lain-lain.
Mekanisme dua kebutuhan ini (institusi dan
individu) muncul bersama dalam kerja kelompok. Interelasi dinamik yang terjadi
bukan hanya berasal dari hubungan interpersonal yang alami tetapi juga dari
institusi serta kebutuhan yang saling mengait dengan individu yang berpartisipasi.
Pembentukan peran melalui institusi, akan berjalan seiring perkembangan iklim
sistem sosial dan aspek kepribadian yang semuanya merupakan perpaduan dari
interaksi yang terjadi.
Dalam sebuah organisasi, peran punya pengaruh
lebih besar dalam perilaku. Sebagai contoh seseorang yang menunjukkan sindrom
otoritatif yang ditampakkan pada orang lain. Sifatnya orang ini stabil, dapat
dibaca dan berambisi membentuk perilaku orang lain sesuai dengan cara
pandangnya. Biasanya mereka cenderung berfikir dengan dikotomi sederhana;
hitam-putih (sedikit abu-abu), tipe ide konkrit (kurang sabar terhadap
pemikiran abstrak/ambiguitas), mengidentifikasi diri secara kuat pada kelompok
atau orang yang berpengaruh, dia merasa tidak aman dengan situasi ambigu, sulit
percaya kepada orang lain.
Mary Crow dan Merl Bonney menggambarkan dampak
dari sikap otoritatif jika terjadi pada seorang pemimpin di sekolah: berpakaian
konservatif, menempatkan orang yang disukai dekat dengan dirinya dan mengambil
jarak dengan orang yang tidak disukai, menempatkan disiplin yang ketat tetapi
bersikap lunak pada pimpinan. Pimpinan ini akan menekankan guru harus jujur,
jadi warga negara yang baik, menekankan disiplin di kelas, dan bekerja keras
jika ingin berhasil. Hasilnya siswa takut pada guru, guru takut pada pimpinan,
pimpinan takut pada pengawas, pengawas takut pada dewan.
Dalam sejarah administrasi sekolah dapat
dilihat hubungan antara tugas pengawas dan kepala sekolah. Meskipun gaji
pengawas lebih banyak, orang yang berkualitas tak tertarik memasukinya dan
lebih memilih mengajar di universitas. Dalam kerja sebagai pengawas terdapat
kondisi seperti jam kerja yang lama dan tekanan adalah hal yang dihadapi
pengawas. Selain itu tugas tersebut tidak memenuhi kebutuhan untuk pencapaian
pemenuhan diri. Agar orang tertarik jadi pengawas sekolah harus menyediakan
kombinasi reward material dan psikologis.
Dalam membahas dalam keseimbangan yang berasal
dari sudut pandang teori sistem, tak hanya membahas antara hubungan kebutuhan
individu dan organisasi, tetapi lebih luas dari itu. Dalam sistem yang terbuka,
organisasi dengan sistem yang lebih luas orang akan berinteraksi aktif dengan
sistem eksteranal yang terdapat pada lingkungannya.
Perubahan di lingkungan akan menstimulasi
reaksi orang secara statis atau dinamis dengan tetap menjaga status qou.
Keseimbangan dinamis dicirikan dengan pengaturan subsistem internal atau dengan
mengubah tujuan agar sesuai dengan iklimpada lingkungan. Hal ini akan menjaga
sistem siap dan mudah beradaptasi.
Homeostatis
Sistem terbuka cenderung mengatur diri agar tetap dalam keadaan seimbang (contohnya pada makhluk biologis dan manusia). Dalam sistem sekolah: sistem komunikasi yang dibangun dengan baik, proses mengambil keputusan akan membuat sekolah dapat beradaptasi dan bertindak efektif dengan adanya perubahan pada lingkungan.
Sistem terbuka cenderung mengatur diri agar tetap dalam keadaan seimbang (contohnya pada makhluk biologis dan manusia). Dalam sistem sekolah: sistem komunikasi yang dibangun dengan baik, proses mengambil keputusan akan membuat sekolah dapat beradaptasi dan bertindak efektif dengan adanya perubahan pada lingkungan.
Feedback
Menurut John Ptiffner & Frank Sherword, komunikasi berlangsung secara timbal balik. Jenis komunikasi yang diterima aktor dari penonton secara langsung. Kalau penonton antusias aktor juga akan antusias. Informasi mengalir dan memberi efek saling mempengaruhi.
Sistem yang tak menyediakan feedback tidak akan mengalami transmisi informasi yang akurat pada pengambil keputusan. Organisasi akan sulit untuk bereaksi secara tepat pada perubahan lingkungan (akan statis) kurang bisa melakukan koreksi diri. Proses homeostatis penting untuk menjaga lingkungan melalui upaya adaptif dengan suatu proses perubahan.
Menurut John Ptiffner & Frank Sherword, komunikasi berlangsung secara timbal balik. Jenis komunikasi yang diterima aktor dari penonton secara langsung. Kalau penonton antusias aktor juga akan antusias. Informasi mengalir dan memberi efek saling mempengaruhi.
Sistem yang tak menyediakan feedback tidak akan mengalami transmisi informasi yang akurat pada pengambil keputusan. Organisasi akan sulit untuk bereaksi secara tepat pada perubahan lingkungan (akan statis) kurang bisa melakukan koreksi diri. Proses homeostatis penting untuk menjaga lingkungan melalui upaya adaptif dengan suatu proses perubahan.
Dalam sudut pandang sistem sosial, organisasi
sebagai sistem terbuka memiliki subsistem internal dan juga merupakan bagian
dari suprasistem yang berinteraksi melalui melakukan pertukaran input dan
output. Organisasi juga mempengaruhi lingkungan (suprasistem) dan juga
dipengaruhi oleh perubahan yang ada dalam suprasistem.
Bisa saja organisasi mengabaikan hal tersebut
dengan cara mengisolasi diri (jadi tertutup). Organisasi berusaha mengakomodasi
perubahan lingkungan dengan mengubah cara adaptasi yang pada akhirnya
organisasi dapat mengadaptasi perubahan lingkungan dengan membangun
keseimbangan baru.
Dalam dunia yang didominasi perubahan yang
cepat dan intensif, organisasi dengan feedback yang jelek atau homeostatis yang
lemah akan mengalami disorganisasi. Hal yang perlu diingat, inti yang ada pada
teori sistem yaitu konsep bahwa sistem terdiri dari subsistem yang memilih
interaksi yang saling tergantung serta bekerja sama dengan tujuan saling
menguntungkan.
Seperti model Getzels Guba, sekolah sebagai
sistem sosial yang terbuka memiliki dua subsistem yang berinteraksi, yakni
sistem instruksional dan sistem manusia. Kedua hal ini dapat menjelaskan
dinamika perilaku organisasi. Pada pertengahan tahun delapan puluhan,
organisasi memiliki lebih dari dua subsistem dan analisis perilaku organisasi
memerlukan konsep yang lebih kompleks. Pendekatan yang lebih akurat dan berguna
adalah dengan mengkonseptualisasikan organisasi, misalnya sistem sekolah sebagai
sistem sosio teknikal.
Fungsi manajemen
Menurut Henry Fayol Manajer memiliki beberapa fungsi yaitu merencanakan, mengorganisasi, memeritah, mengkoordinasi dan mengendalikan. Tetapi dari kelima fungsi ini dapat di ringkas menjadi empat: perencaan, pengorganisasiaan, pemimpinan dan pengendalian.
Perencaaan, mencakup penetapan tujuan, penegakaan strategi dan pengembangan rencana untuk mengkoordinasikan kegiatan.
Menurut Henry Fayol Manajer memiliki beberapa fungsi yaitu merencanakan, mengorganisasi, memeritah, mengkoordinasi dan mengendalikan. Tetapi dari kelima fungsi ini dapat di ringkas menjadi empat: perencaan, pengorganisasiaan, pemimpinan dan pengendalian.
Perencaaan, mencakup penetapan tujuan, penegakaan strategi dan pengembangan rencana untuk mengkoordinasikan kegiatan.
Pengorganisasiaan , menetapkan apa tugas-tugas
yang harus dikerjakan, siapa yang harus mengerjakan, bagaimana tugas-tugas itu
dikelompokkan dan bagaimana hubungan struktur kerja harus dibuat.
Kepemimpinan, mencakup hal hal yang berkaitan
dengan bagaimana memotivasi karyawan, mengarahkan orang lain, menyeleksi
saluran, saluran komunikasi yang paling efektif dan yang tidak kalah penting
adalah bagaimana mengelola dan memecahkan konlik agar tidak menyimpang dari
tujuan organisasi.
Pengendalian, Tugas ini mencakup bagaimana
memantau kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan agar tidak ada penyimpangan arah
yang telah ditetapkan.
boleh minta referensiny dr buku atau jurnal apa?thx
BalasHapussaya sedang mengerjakan tugas akhir, sedang meneliti ttng perilaku organisasi.
BalasHapusboleh minta referensi jurnal gak?
terima kasih, nice article