01.
Manajemen Sekolah
Dalam konteks pendidikan, memang masih ditemukan kontroversi dan
inkonsistensidalam penggunaan istilah manajemen. Dalam perkembangannya istilah
manajemen secarasubstansial disamakan dengan istilah administrasi. Perbedaan
pada keduanya terletak pada ruanglingkupnya saja. Administrasi lebih luas ruang
lingkupnya disbanding dengan manajemen.Keduanya menekankan pada tercapainya
efisiensi dan efektivitas kerja untuk keuntungan yanglebih besar.MBS memiliki
banyak pengertian, bergantung dari sudut pandang orang
yangmengartikannya. Nurkholis (2003:1), misalnya, menjelaskan bahwa Manajemen BerbasisSekolah terdiri dari tiga kata, yaitu manajemen, berbasis, dan sekolah. Pertama, istilahmanajemen
memiliki banyak arti. Secara umum manajemen dapat diartikan
sebagai prosesmengelola sumber daya secara efektif untuk mencapai tujuan.
Ditinjau dari aspek pendidikan,manajemen pendidikan diartikan
sebagai segala sesuatu yang berkenaan
dengan pengelolaanproses pendidikan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan, baik tujuan jangka
pendek,menengah maupun tujuan jangka panjang.
Kedua, kata berbasis mempunyai kata
dasar basisatau dasar. Ketiga,
kata sekolah merujuk pada lembaga tempat berlangsungnya proses belajarmengajar.
Bertolak dari arti ketiga istilah itu, maka istilah Manajemen Berbasis Sekolah
dapatdiartikan sebagai segala sesuatu yang berkenaan dengan pengelolaan sumber
daya yang berdasarpada sekolah itu sendiri dalam proses pembelajaran untuk
mencapai suatu tujuan yang telahditetapkan.Seperti halnya Nurkholis, Slamet PH
(2001) mendefinisikan MBS dengan bertolak darikata manajemen, berbasis,
dan sekolah. Menurut Slamet, manajemen berarti koordinasi
danpenyerasian sumber daya melalui sejumlah input manajemen untuk mencapai
tujuan atau untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan. Berbasis artinya “berdasarkan pada” atau
“berfokuskan pada”. Sedangkan sekolah merupakan organisasi
terbawah dalam jajaran Departemen PendidikanNasional (Depdiknas)
yang bertugas memberikan “bekal kemampuan dasar” kepada peserta didik atas dasar
ketentuan-ketentuan yang bersifat legalistik (makro, meso, mikro)
danprofesiona-listik (kualifikasi, untuk sumber daya manusia). Djam’an Satori (1980)
memberikan pengertian manajemen sekolah dengan menggunakan istilah administrasi
sekolah yang diartikan sebagai “keseluruhan proses kerjasama dengan memanfaatkan semua sumber
personil dan materil yang tersedia dan sesuai untuk mencapaitujuan sekolah yang
telah ditetapkan secara efektif dan efisien”. Antara administrasi sekolah dan manajemen sekolah dapat
dipandang secara essensial dari tiga sudut pandang yakni sebagaiilmu, sebagai
seni, dan sebagai suatu proses kegiatan.Baik administrasi maupun manajemen
sebagai suatu ilmu, keduanya telah memenuhipersyaratan sebagai suatu ilmu yakni
: pertama, keduanya memiliki obyek yang dipelajari yaknikerjasama sekelompok
orang. Kedua, keduanya memiliki metode dalam mempelajarinya.Ketiga, keduanya
memiliki sistematika baik dalam mempelajarinya maupun dalam
aplikasinya.Manakala dipandang sebagai suatu seni, maka para pengelola sekolah
dapat memerankanperanannya sebagai pemimpin yang mampu mempengaruhi dan
mengajak orang lain untuk bekerja sama. Manakala dipandang sebagai suatu
proses kegiatan, maaka setiap orang yangterlibat dalam proses kerja sama dalam
bidang persekolahan harus dapat melaksanakan tugassesuai dengan fungsi dan
perannya secara professional dan proporsional.B.
·
Tujuan Manajemen Sekolah
Pada hakekatnya tujuan manajemen sekolah tidak
dapat terlepas dari tujuan sekolahsebagai suatu organisasi. Proses manajemen
yang baik adalah manakala di dalamnya terdapatkegiatan manajerial yaitu
kegiatan yang seyogyanya dilakukan oleh orang-orang yangmempunyai status
dan kewenangan sebagai manajer, serta kegiatan operatif yakni
kegiatan yangseharusnya diselesaikan oleh para pelaksana lapangan.Dengan
demikian, tujuan akhir dari manajemen sekolah adalah membantu
memperlancartercapainya tujuan sekolah secara efektif dan efisien. Kehadiran
manajemen dalam prosespersekolahan sebagai salah satu alat untuk membantu
memperlancar pencapaian tujuan.Secara lebih rinci tujuan khusus
dilaksanakan manajemen sekolah yang baik agar :pertama, terjadi
efektifitas produksi pada setiap jenis dan jenjang pendidikan sehinggan
paralulusannya dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan diatasnya, dapat bekerja
sesuai denganpengetahuan dan ketrampilan yang dimilikinya. Kedua, tercapainya
efisiensi penggunaan sumber daya dan dana, tidak terjadi
pemborosan terhadap waktu, uang, serta yang lainnya. Ketiga, paralulusannya
dapt menyesuaikan diri dalam kehidupan bermasyarakat, serta yang
keempattwerciptanya kepuasan kerja pada setiap anggota warga sekolah.
·
Fungsi-fungsi Manajemen Sekolah
Fungsi manajemen sekolah berkaitan dengan pekerjaan-pekerjaan
manajemensekolah. Fungsi-fungsi yang berkaitan dengan pengelolaan sekolah dapat
diklasifikasikanmenurut wujud problemanya, kegiatan manajemen dan kegiatan
kepemimpinan. Fungsimanajemen sekolah dilihat dari wujud problemanya terdiri
dari bidang-bidang garapan(substansi) dari manajemen sekolah. Problema-problema
yang merupakan bidang garapan darimanajemen sekolah terdiri dari :
1. Perencanaan
Perencanaan tidak lain merupakan
kegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan dicapaibeserta cara-cara untuk
mencapai tujuan tersebut. Sebagaimana disampaikan oleh Louise E.Boone dan David
L. Kurtz (1984) bahwa:
planning may be defined as the proses by whichmanager
set objective, asses the future, and develop course of action designed to
accomplishthese objective
. Sedangkan T. Hani Handoko (1995) mengemukakan
bahwa :
“ Perencanaan (planning) adalah pemilihan atau penetapan tujuan organisasi
dan penentuan
strategi, kebijaksanaan, proyek, program,
prosedur, metode, sistem, anggaran dan standar yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Pembuatan keputusan banyak terlibat dalam
fungsi ini.” Arti penting perencanaan
terutama adalah memberikan kejelasan arah bagi setiap kegiatan, sehinggasetiap
kegiatan dapat diusahakan dan dilaksanakan seefisien dan seefektif mungkin. T.
HaniHandoko mengemukakan sembilan manfaat perencanaan bahwa perencanaan:
(a) membantumanajemen untuk menyesuaikan diri
dengan perubahan-perubahan lingkungan
(b)membantudalam kristalisasi persesuaian pada
masalah-masalah utama;
(c) memungkinkan manajermemahami keseluruhan
gambaran;
(d)membantu penempatan tanggung jawab lebih tepat;
(e) memberikan
cara pemberian perintah untuk beroperasi;
(f) memudahkan dalam melakukankoordinasi di antara
berbagai bagian organisasi;
(g) membuat tujuan lebih khusus, terperinci dan lebih mudah dipahami;
(h) meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti; dan
(i) menghematwaktu, usaha dan dana.Indriyo Gito
Sudarmo dan Agus Mulyono (1996) mengemukakan langkah-langkah pokok dalam
perencanaan, yaitu :1. Penentuan tujuan dengan memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
·
menggunakan
kata-kata yang sederhana
·
mempunyai sifat fleksibel
·
mempunyai sifat stabilitas
·
ada dalam perimbangan sumber daya, dan
·
meliputi semua tindakan yang diperlukan.
2.
Pendefinisian
gabungan situasi secara baik, yang meliputi unsur sumber
daya manusia, sumberdaya alam, dan sumber daya modal.
3.
Merumuskan kegiatan
yang akan dilaksanakan secara jelas dan tegas.Hal senada
dikemukakan pula oleh T. Hani Handoko (1995) bahwa terdapat
empat tahapdalam perencanaan, yaitu :
·
menetapkan
tujuan atau serangkaian tujuan;
·
merumuskan
keadaan saat ini
·
mengidentifikasi segala kemudahan dan hambatan
·
mengembangkan rencana atau serangkaian
kegiatan untuk pencapaian tujuan.Pada bagian lain,
Indriyo Gito Sudarmo
dan Agus Mulyono (1996) mengemukakanbahwa atas dasar luasnya cakupan masalah
serta jangkauan yang terkandung dalam suatuperencanaan, maka perencanaan dapat
dibedakan dalam tiga bentuk, yaitu :
·
rencana global yang
merupakan penentuan tujuan secara menyeluruh dan jangka panjang
·
rencana
strategis merupakan rencana yang disusun guna menentukan
tujuan-tujuan kegiatanatau tugas yang mempunyai arti strategis dan mempunyai
dimensi jangka panjang, dan
(4) Rencana operasional yang merupakan rencana
kegiatan-kegiatan yang berjangka pendek gunamenopang pencapaian tujuan jangka
panjang, baik dalam perencanaan global maupunperencanaan strategis. Perencanaan
strategik akhir-akhir ini menjadi sangat penting sejalandengan perkembangan
lingkungan yang sangat pesat dan sangat sulit diprediksikan,
sepertiperkembangan teknologi yang sangat pesat, pekerjaan manajerial yang
semakin kompleks, danpercepatan perubahan lingkungan eksternal lainnya.Pada
bagian lain, T. Hani Handoko memaparkan secara ringkas tentang
langkah-langkahdalam penyusunan perencanaan strategik, sebagai berikut:
1.
Penentuan misi
dan tujuan, yang mencakup pernyataan umum tentang misi,
falsafah dan tujuan.Perumusan misi dan tujuan ini merupakan tanggung
jawab kunci manajer puncak. Perumusan inidipengaruhi oleh nilai-nilai yang
dibawakan manajer. Nilai-nilai ini dapat mencakup masalah-masalah sosial dan
etika, atau masalah-masalah umum seperti macam produk atau jasa yang
akandiproduksi atau cara pengoperasian perusahaan.
4.
Pengembangan profil
perusahaan, yang mencerminkan kondisi internal dan kemampuanperusahaan dan
merupakan hasil analisis internal untuk mengidentifikasi tujuan dan
strategisekarang, serta memerinci kuantitas dan kualitas sumber daya -sumber
daya perusahaan yangtersedia. Profil perusahaan menunjukkan kesuksesan
perusahaan di masa lalu dankemampuannya untuk mendukung pelaksanaan kegiatan
sebagai implementasi strategi dalampencapaian tujuan di masa yang akan datang.
5. Analisa lingkungan
eksternal, dengan maksud untuk mengidentifikasi cara-cara dan dalam
apaperubahan-perubahan lingkungan dapat mempengaruhi organisasi. Disamping itu,
perusahaanperlu mengidentifikasi lingkungan lebih khusus, seperti para
penyedia, pasar organisasi, parapesaing, pasar tenaga kerja dan lembaga-lembaga
keuangan, di mana kekuatan-kekuatan ini akanmempengaruhi secara langsung operasi
perusahaan.Meski pendapat di atas lebih menggambarkan perencanaan strategik
dalam konteks bisnis,namun secara esensial konsep perencanaan strategik ini
dapat diterapkan pula dalam kontekspendidikan, khususnya pada tingkat
persekolahan, karena memang pendidikan di Indonesiadewasa ini sedang menghadapi
berbagai tantangan internal maupun eksternal, sehingga membutuhkan perencanaan
yang benar-benar dapat menjamin sustanabilitas pendidikan itusendiri
2) Pengorganisasian
Fungsi
manajemen berikutnya adalah pengorganisasian (organizing). George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa : “Pengorganisasian adalah tindakan
mengusahakan hubungan
-hubungan kelakuan
yang efektif antara orang-orang, sehingga mereka dapat bekerja sama secara
efisien, dan memperolehkepuasan pribadi dalam melaksanakan tugas-tugas
tertentu, dalam kondisi lingkungan tertentuguna mencapai tujuan atau sasaran tertentu”. Lousie E. Boone dan
David L. Kurtz (1984) mengartikan pengorganisasian : “… as the act of planning and implementing
organizationstructure. It is the process of arranging people and physical
resources to carry out plans and acommplishment organizational obtective”.
Dari kedua pendapat di atas, da
pat dipahami bahwapengorganisasian pada
dasarnya merupakan upaya untuk melengkapi rencana-rencana yang telahdibuat
dengan susunan organisasi pelaksananya. Hal yang penting untuk diperhatikan
dalampengorganisasian adalah bahwa setiap kegiatan harus jelas siapa yang
mengerjakan, kapandikerjakan, dan apa targetnya. Berkenaan dengan pengorganisasian
ini, Hadari Nawawi (1992)mengemukakan beberapa asas dalam organisasi,
diantaranya adalah :
(a) organisasi harus profesional, yaitu dengan
pembagian satuan kerja yang sesuai dengankebutuhan;
(b) pengelompokan satuan kerja harus menggambarkan
pembagian kerja;
(c) organisasi harus mengatur
pelimpahan wewenang dan tanggung jawab ;
(d) organisasi harus mencerminkan rentangan
kontrol;
(e) organisasi harus mengandung
kesatuan perintah; dan
(f) organisasi
harus fleksibel dan seimbang.Ernest Dale seperti dikutip oleh T. Hani Handoko
mengemukakan tiga langkah dalam prosespengorganisasian, yaitu :
(a) pemerincian seluruh
pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan organisasi;
(b) pembagian beban pekerjaan total menjadi
kegiatan-kegiatan yang logik dapat dilaksanakanoleh satu orang; dan
(c) pengadaan dan pengembangan suatu mekanisme
untuk mengkoordinasikan pekerjaan paraanggota menjadi kesatuan yang terpadu dan
harmonis.
3) Pengarahan
4) Pengkoordinasian
5) Pengawasan
Pengawasan
(controlling) merupakan fungsi manajemen yang tidak kalah pentingnyadalam suatu
organisasi. Semua fungsi terdahulu, tidak akan efektif tanpa disertai
fungsipengawasan. Dalam hal ini, Louis E. Boone dan David L. Kurtz (1984)
memberikan rumusan
tentang pengawasan sebagai : “… t
he process by which manager determine
wether actualoperation are consistent with plans
”.
Sementara
itu, Robert J. Mocker sebagaimana disampaikan oleh T. Hani Handoko (1995)mengemukakan
definisi pengawasan yang di dalamnya memuat unsur esensial proses
pengawasan, bahwa : “Pengawasan
manajemen adalah suatu usaha sistematik untuk
menetapkanstandar
pelaksanaan dengan tujuan
–
tujuan perencanaan,
merancang sistem informasi umpanbalik, membandingkan kegiatan nyata dengan
standar yang telah ditetapkan sebelumnya,menentukan dan mengukur
penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil tindakan koreksiyang diperlukan
untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan dipergunakan dengancara
paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan
–
tujuan perusahaan.” Dengan demikian,
pengawasan merupakan suatu kegiatan yang
berusaha untuk mengendalikan agar pelaksanaandapat berjalan sesuai dengan
rencana dan memastikan apakah tujuan organisasi tercapai. Apabilaterjadi
penyimpangan di mana letak penyimpangan itu dan bagaimana pula tindakan
yangdiperlukan untuk mengatasinya.Selanjutnya dikemukakan pula oleh T. Hani
Handoko bahwa proses pengawasanmemiliki lima tahapan, yaitu :
a) penetapan standar pelaksanaan
b)
penentuan pengukuran
pelaksanaan kegiatan
c)
pengukuran
pelaksanaan kegiatan nyata
d)
pembandingan
pelaksanaan kegiatan dengan standar dan penganalisaan
penyimpangan-penyimpangan dan
e) pengambilan tindakan koreksi, bila diperlukan.Fungsi-fungsi
manajemen ini berjalan saling berinteraksi dan saling kait mengkait antara
satudengan lainnya, sehingga menghasilkan apa yang disebut dengan proses
manajemen. Dengandemikian, proses manajemen sebenarnya merupakan proses
interaksi antara berbagai fungsimanajemen.Dalam perspektif persekolahan, agar
tujuan pendidikan di sekolah dapat tercapai secaraefektif dan efisien, maka
proses manajemen pendidikan memiliki peranan yang amat vital.Karena bagaimana pun
sekolah merupakan suatu sistem yang di
dalamnya melibatkan
berbagaikomponen dan sejumlah kegiatan yang perlu dikelola secara baik dan
tertib. Sekolah tanpadidukung proses manajemen yang baik, boleh jadi hanya akan
menghasilkan kesemrawutanlajunya organisasi, yang pada gilirannya tujuan
pendidikan pun tidak akan pernah tercapai secarasemestinya.Dengan demikian,
setiap kegiatan pendidikan di sekolah harus memiliki perencanaanyang jelas dan
realisitis, pengorganisasian yang efektif dan efisien, pengerahan dan
pemotivasianseluruh personil sekolah untuk selalu dapat meningkatkan kualitas
kinerjanya, dan pengawasansecara berkelanjutan.
6) Penilaian
7) Pelaporan, dan
8) Penentuan anggaran
A. Kegiatan yang bersifat operatif,
yakni kegiatan yang dilakukan oleh para
pelaksana. Kegiatanini berkaitan langsung dengan pencapaian tujuan.
Artinya,bagaimanapun baiknya kegiatanmanajerial (seperti perencanaan) tanpa
didukung oleh pelaksanaan pekerjaan yang telahdirencanakan tersebut, mustahil
tujuan organisasi dapat tercapai dengan baik. Fungsi operatif inimeliputi
pekerjaan-pekerjaan :
a) Ketatausahaan yang dapat merembes dan dapat
diperlukan oleh semua unit yang ada dalamorganisasib)
b) Perbekalan
c) Kepegawaiand
d) Keuangan, dan
e)
Humas
Dalam suatu proses
kegiatan organisasi kedua fungsi tersebut (fungsi manajerial danfungsi
operatif) saling menunjang, saling mempengaruhi, saling memerlukan dan saling
mengisisatu sama lain. Dalam setiap fungsi saling memerlukan, sebagai contoh:
bagian kepegawaiandalam pelaksanaannya kepemimpinan memerlukan fungsi
manajerial dari perencanaan sampaidengan penentuan anggaran
(seperti:penggajian, pemberian honor, dan sebagainya)Fungsi manajemen sekolah
dilihat dari kegiatan kepemimpinan lebih ditekankanbagaimana cara manajer dapat
mempengaruhi, mengajak orang lain serta mengaturhubungandengan orang lain agar
bekerjasama mencapai tujuan. Dalam hal ini seorang manajer sekolahhendaknya
dapat menerapkan pola kepemimpinan yang efektif. Pola kepemimpinan yang
efektif adalah suatu gaya atau model kepemimpinan yang memperhatikan
dimensi-dimensi hubunganantar manusia (human relation), dimensi pelaksanaan
tugas dan dimensi situasi dan kondisidimana kita berada.
Trimakasih atas materinya,,sangat bermanfaat,,,,,,,salam
BalasHapus